Kamis, 06 Mei 2010

Perguruan Tinggi Da`wah Islam | Ketika Al Qur'an Dituangkan dalam ...

Komunitas Mulsim di Bay Area, seperti roti Pizza, setiap iris merupakan bagian dari Islam di seluruh dunia. Itulah ungkapan direktur pemasaran Pusat Kebudayaan Islam di California Utara, Jason Hamza van Boom.

Jadi, bagaimana ia membawa perbedaan begitu beragam dalam komunitas itu menjadi satu? “Banyak dari anggota kita berkata, ‘mari kita gunakan seni untuk menyatukan umat Muslim’,” tutur van Boom. “Jadi, saya pikir pameran ini merefleksikan banyak keberagaman di kalangan Muslim di Bay Area.”

Pusat Kebudayaan itu memang tengah menggelar sebuah pameran seni Islam. Judul pameran tersebut adalah “Legacy of the Qur’an”.

Menurut van Boom, itu adalah pameran berbasis komunitas pertama yang didedikasikan khusus bagi karya seniman di Bay Area. Pameran itu akan berlangsung sekitar 1 bulan, dimulai 27 April lalu hingga 22 Mei.

Bekerja sama dengan lembaga nirlaba, Pameran Seni Islam, Pusat Kebudayaan menyeru para seniman Muslim di Bay Area untuk mengirimkan karya ke pameran. Cara promosi pun sangat sederhana, lewat mulut ke mulut, pembagian brosur, pengumuman lewat sekolah hingga bertanya langsung ke warga Muslim.

Respon yang didapat pun luar biasa besar. Kini pagelaran memamerkan sejumlah lukisan, karya fotografi dan kaligrafi oleh 122 seniman, baik dewasa maupun anak-anak, dengan tema alam.

“Al Qur’an selalu berkata lagi dan lagi bahwa semua di sekitar kita adalah petunjuk Tuhan,” ujar van Boom. “Dari prespektif Islam, musim, matahari, laut, pepohonan, pegunungan, binatang, semua itu adalah tanda-tanda dan pewujudan kebesar Tuhan yang harus kita renungkan.”

“Anda membaca Al Qur’an, yang berupa kata-kata. Kemudian anda keluar melihat alam dan kehidupan sehari-hari dan semua kata-kata tadi memandu untuk memberi makna apa yang kita lihat,” kata van Boom lagi. “Sehingga menjadi alamiah untuk memiliki kata-kata di Al Qur’an dalam diri kita ketika kita melihat alam dan anda merenungkan alam sebagai pertanda dan mengintepretasikan menurut Al Qur’an.”

Seni tradisional Islam yang tampil dalam pameran termasuk berbagai bentuk pengayaan kaligrafi dan bentuk-bentuk geometris yang sangat detail dan rumit, atau dikenal arabesque. Van Boom menekankan, seni Islam tidak hanya semata-mata berkaitan dengan agama, melainkan memasukkan semua kebudayaan Islam yang sangat kaya dan beragam.

“Kami memilih ayat-ayat dari Al Qur’an dan kami memberikan ke seniman,” ujar pendiri Pameran Seni Islam, Nabeela Sajjad. “Lalu kita menunggu bagaimana sang seniman bekerja dan menggambarkan ayat tersebut seperti yang mereka inginkan.”

Banyak karya dalam pameran “Legacy of the Qur’an” yang meluaskan bentuk seni-seni Islam, seperti kaligrafi sangat mendetail hasil lukisan Nabeela. Ia tak hanya menulis kaligrafi Arab tapi juga melukis di seluruh kanvas.

Nabeela menuturkan ia belajar kaligrafi dari gurunya di Pusat Kebudayaan, seorang Muslim berdarah Cina-Amerika. Ia menyatakan telah mengembangkan gaya pribadi dengan memasukkan elemen favoritnya dari kaligrafi Cina dan Muslim.

Karya lain, milik warga Berkeley, Salma Arastu, bahkan jauh berbeda tampil dalam pameran itu, seperti lukisan abstrak. Lukisan itu menyimbolkan siang dan malam juga manusia dan binatang dalam pola berirama di atas lapisan cat terang dan gelap.

Salma mengatakan ia terinspirasi oleh seorang ayah yang berkata “Tuhan telah menciptakan dunia ini bukan untuk kesia-siaan”. Ia pun ingin menggambarkan pemikiran itu dibalik tulisan kaligrafinya.

Usai penyelenggaraan di Pusat Kebudayaan, seluruh karya seni itu rencananya akan diboyong untuk pameran di Perpustakaan Utama Freemont pada Juni tanggal 7 hingga 26.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar